Opini Gas Elpiji
Penggunaan gas Elpiji telah di distribusikan pemerintah, merupakan sebuah tantangan untuk mengembangkan konsumsi elpiji yang baru mencapai ± 0,5 persen dari jumlah penduduk Indonesia, Hal ini perlu memperhatikan kondisi yang di hadapi, perlunya lintas sektoral, dan aplikasi Elpiji yang aman menjadi penting pada tingkat pengguna.

Okt
05

Opini Gas Lpiji

Author: djoko.pnb2009

Penggunaan gas Elpiji telah di distribusikan pemerintah, merupakan sebuah tantangan untuk mengembangkan konsumsi elpiji yang baru mencapai ± 0,5 persen dari jumlah penduduk Indonesia, Hal ini perlu memperhatikan kondisi yang di hadapi, perlunya lintas sektoral untuk proses sosialisasi dalam aplikasi Elpiji yang aman menjadi penting pada tingkat pengguna.

Sudah beredar penggunaan gas Elpiji (merek dagang) yang telah di distribusikan pemerintah, dalam rangka pemanfaatan yang lebih luas dan dalam proses sosialisai pasti sangat banyak kendala yang perlu di hadapi dengan bijaksana. Gas ELPIJI yang umum dipasarkan dalam kemasan tabung (3 kg, 6 kg, 12 kg, 50 kg). Komponen LPG (Liquefied Petroleum Gas), adalah merupakan campuran dari propane dan butane (Mix LPG) dimana gas propane (C3H8) dengan komposisi ± 30% dan butane (C4H10) dengan komposisi ± 70%. Pada aplikasi usaha perdagangan, maka LPG di lakukan proses pencairan dengan cara ditekan (4-5 kg/cm2) disimpan dalam tabung atau tanki khusus bertekanan dan pada tekanan 1 atm dan suhu kamar 20º C akan berbentuk gas yang siap untuk digunakan. Keunggulan Elpiji adalah memberikan daya pemanasan yang tinggi, tidak ada abu, hangus, dan debu, serta gas Elpiji tidak mengandung racun.
Sebuah tantangan, untuk mengembangkan konsumsi elpiji yang baru mencapai ± 0,5 persen dari jumlah penduduk Indonesia (realisasi kuanta pemakaian elpiji saat ini ± 15 % dan minyak tanah ± 85 ). Apakah kita sudah sangat yakin dengan seluruh rakyat telah pandai memanfaatkan program ini ? Hal ini sudah jelas memerlukan proses pembelajaran yang tidak mudah, sehingga memerlukan penangan yang sangat serius, terutama berhubungan dengan aplikasi yang benar untuk menjaga keamanan dalam pemakaian. Kita telah melihat peluang dan sekarang adalah waktunya memanfaatkan peluang. Jika harga jual gas Elpiji saat ini, ± Rp 3.000 per kilogram, sudah sangat jelas bahwa biaya subsidi sangat banyak berkurang. Memang mudah berhitung dengan mengalihkan kebutuhan impor minyak tanah ± 2,28 juta kiloliter per tahun dan menggantikan dengan konsumsi elpiji sebesar ± 1,18 juta ton per tahun. Hitungan kasar dapat ditemukan biaya subsidi sebesar ± Rp 1,9 triliun per tahun akan berdampak menghilangkan subsidi minyak tanah sebesar ± Rp 2,3 triliun per tahun. Benar-benar peluang yang besar, tetapi juga tidak mudah untuk dilaksanakan dengan mulus. Hal ini perlu peran sosialisai dengan melibatkan banyak pihak agar dapat mencapai tujuan dengan lebih cepat.

jumlah kalori bahan bakar

jumlah kalori bahan bakar

Kondisi yang di hadapi, dalam proses sosialisasi penggunaan Gas Elpiji antara lain :
1. Penggunaan minyak tanah yang telah berkembang cukup lama sudah dapat dipastikan sangat familier dengan kehidupan sehari-hari untuk keperluan memasak dengan kelengkapan peralatannya. Disini berkaitan erat dengan kebiasaan yang sudah dilakukan, jaringan pemasaran yang sudah ada, kemudahan yang sudah di rasakan dan peran kecil yang lain tentang penggunaan minyak tanah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Membimbing cara penggunaannya, dengan demo yang sederhana, kemudahan untuk memperoleh jika kehabisan, petugas profesional lapangan yang cermat dalam layanan. Hal yang dipandang mudah oleh kebanyakan orang yang telah paham tentang aplikasi Elpiji, menjadi benar-benar sulit untuk diaplikasikan bagi yang belum paham, dan sebagai akibat yang paling fatal adalah dapat meledak serta menimbulkan kecelakaan.
Secara umum rakyat kecil kurang paham tentang peluang penghematan anggaran pemerintah, bahwa untuk subsidi minyak tanah Indonesia harus mengimpor (antara lain dari Singapura, India, dan Timur Tengah) ± 2,28 juta kiloliter per tahun. Hal ini bertentangan dengan kondisi, bahwa kita memiliki Gas Elpiji yang cukup tetapi harus di ekspor, sedangkan nilai impor minyak tanah akan semakin besar jika harga minyak dunia naik. Karena itu, program Lpiji yang syarat dengan misi dan merupakan keputusan yang benar, perlu mendapat pengawalan yang ekstra untuk proses sosialisasi.
Perlunya lintas sektoral, jika kita pikirkan bahwa di Indonesia sangat banyak tenaga ahli yang tidak menemukan pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Ahli mesin tidak membuat mobil atau pesawat terbang, karena tidak mampu memasarkan hasil kerjanya. Industri komponen mobil, mengalami kesulitan, karena kuanta ekport semakin kecil. Banyak pengalaman seperti sejarah BRI yang tumbuh dari perjuangan melayani masyarakat langsung di pedesaan, menjadi sangat kuat untuk mengembangkan bisnisnya, juga menjadi tempat naungan berbagai ahli teknik (Insinyur). Secara umum sektor pertanian juga tempat naungan berbagai ahli teknik, menjadi tempat pemasaran dari hasil teknologi tinggi yang seluruh biayanya menjadi tanggungan rakyat kecil seperti beban biaya pupuk, biaya bahan bakar untuk proses, dan sarana angkutan. Disini bahwa Pertamina, dengan keuntungan yang sangat besar, dari hasil kerja melakukan ekplorasi, hasilnya secara umum dinikmati sedikit orang saja. Melihat sektor perkebunan, dengan jumlah yang sangat besar, menjadi naungan seluruh sektor yang ada. Hal ini perlu menjadi pertimbangan untuk disikapi dengan benar. Di hapusnya departemen penerangan, memerlukan solusi dalam menangani proses sosialisasi program pemerintah dalam usaha meningkatkan penjualan elpiji di masarakat dan memasyarakatkan Elpiji. Sebagai jembatan, maka memungkinkan langkah proses sosialisasi ini perlu di limpahkan sebagai tugas tambahan pada departemen lain yang lebih dekat dalam menjalin hubungan langsung dengan masyarakat. Perlunya kerja lintas sektoral, adalah untuk mempercepat proses sosialisai dengan tenaga penyuluh yang familier dengan masyarakat. Apakah hal ini hanya akan diserahkan pada Pertamina dengan kemampuan melakukan penyuluhan yang sangat minim dengan Unit Gas Domestik ? Pertimbangan yang lebih luas, jika pemerintah ingin mempercepat proses sosialisasi, peredaran penggunaan Elpiji, secara umum ± 80% ada di kota, sedangkan penggunaan minyak tanah sudah sangat lama merambah ke pedesaan (± 80.000 Desa) yang sangat jauh dari kota. Lebih gampang jika proses sosialisasi dengan menggunakan tenaga penyuluh pertanian diberi bekal tentang pemahaman penggunaan Elpiji untuk melakukan tugas penyuluhan. Pertimbangan ini cukup logis daripada Pertamina sendiri harus membentuk petugas baru yang belum banyak tahu tentang situasi pedesaan. Disini sangat erat di berikan serta temu muka langsung dengan pelanggan Elpiji dan agar terjalin hubungan yang baik.

Alat pengaman selang gas Elpiji

Alat pengaman selang gas Elpiji

Aplikasi Elpiji sampai pada tingkat pengguna, dimulai dari proses distribusi sampai apliasinya, memang memerlukan perawatan dan pemeliharaan , keamanan untuk memaksimalkan manfaat. Hal yang sering terjadi antara lain adanya : ledakan tabung disebabkan oleh kondisi regulator yang kurang baik (±90%) banyak merek yang beredar, kebocoran kecil yang terjadi (±25% gas terbuang) karena kurang tepatnya pemasangan klem, selang, klem regulator , valve/klep, karet ring dan tabung yang di nyatakan habis yang sebenarnya masih ada sisa (±5%), serta penyumbatan yang dapat membahayakan karena sifat Gas Elpiji mengejar api. Mungkin saja dilain waktu, dapat dikembangkan gas Elpiji sebagai bahan bakar untuk lampu penerangan di pedesaan yang belum terjangkau listrik.
Tidak selalu dengan niat baik akan menghasilkan kinerja yang baik, dan janganlah karena nila setitik maka rusak susu sebelanga. Pemahaman dengan benar tentang aplikasi Gas Elpiji (Distribusi, aplikasi dan kemudahan isi ulang) di masyarakat sangat penting untuk di tindak lanjuti dengan benar. Rumus umum dalam kehidupan bermasyarakat, bahwa semakin banyak yang peduli dalam sosialisasi tentang hal ini, maka akan semakin banyak yang ikut bertanggung jawab. Mengapa demikian ? Pola pemimpin di yang ada saat ini secara umum masih sangat kuat di ilhami oleh figur yang ada disekitarnya, sehingga dengan dilibatkannya para penyuluh yang sudah familier dengan lingkungannya akan sangat membantu proses sosialisasi.
Dengan demikian pada akhirnya program pengalihan bahan bakar minyak tanah memang harus dapat dibuktikan bahwa dapat menurunkan anggaran subsidi bahan bakar minyak tanah.
Sekian,
Best regards,